Sepertinya akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah Rekayasa Cuaca atau Modifikasi Cuaca. Kira-kira apa yang ada di pikiran sobat brotot semua? Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa Rekayasa Cuaca adalah proses menghentikan hujan, ada juga yang beranggapan menghancurkan awan, yang lebih parah, ada yang beranggapan bahwa Rekayasa Cuaca seperti Teori Konspirasi HAARP (High-frequency Active Auroral Research Program) di Amerika sana.
Rekayasa Cuaca dipercaya dapat menanggulangi banjir di kota (terutama Jakarta) dengan cepat. Orang awam akan berpendapat "Jangan merusak dan melawan alam!" jika mereka tidak tahu bagaimana proses kerja Rekayasa Cuaca di Jakarta.
Menurut definisi, Rekayasa cuaca atau WMT (Weather Modification Technology) merupakan usaha manusia untuk mengubah tingkat curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation).
Mari kita simak seperti apa proses rekayasa cuaca itu.
1. Cek Lokasi Awan dan Arah Angin
Hal pertama yang harus dilakukan oleh para perekayasa cuaca adalah menentukan lokasi awan yang berpotensi menimbulkan hujan lebat serta banjir. Lalu, arah dan kelajuan angin juga harus diperhitungkan sehingga dapat diperkirakan dimana hujan akan turun dan berapa lama senggang waktunya. Selain itu, hal ini juga penting guna keselamatan pilot dan awak perekayasa cuaca di udara nanti.
2. Siapkan Senjata
Amunisi yang digunakan para perekayasa cuaca untuk penyemaian awan sangatlah simpel dan dapat kita temui dimana-mana. Nama kimianya adalah Natrium Klorida (NaCl) atau dikenal dengan Garam Dapur. Bahan semai ini bersifat higroskopis, yaitu menyerap air, maka awan akan lebih banyak menyerap molekul air sehingga proses kondensasi akan terjadi lebih cepat. Selain itu, Molekul NaCl yang lebih Berat daripada Air (H2O) otomatis akan menambah massa awan, sehingga proses kondensasi akan terjadi lebih cepat lagi. (kondensasi = proses awan (uap air) menjadi titik air)
3. Terbangkan Pesawat
Sebenarnya untuk merekayasa cuaca tidak perlu pesawat khusus yang canggih, cukup sebuah pesawat yang mampu mengangkut berton-ton garam dapur. Bahkan sebetulnya bisa menggunakan alat bantu lain, diantaranya:
- Roket/Peluru Kendali (Rudal)
- Helikopter
- Penyemaian dari Darat
- Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
Ketika telah mencapai ketinggian dan lokasi yang tepat, biasanya lokasi yang tepat itu adalah di atas laut atau daerah-daerah tidak rawan banjir. Maka garam dapur mulai ditebarkan dan dengan mudah mengikat dengan air yang ada di awan (sesuai sifat garam, mudah larut dalam air) lalu, garam-garam itu membantu mengikat lebih banyak air untuk mempercepat proses kondensasi.
4. Kejadian Selanjutnya
Ketika awan selesai disemai maka awan akan mengikat lebih banyak air, menurut prediksi rata-rata, awan intensitas sedang akan mulai kondensasi 2 jam setelah disemai, melalui penentuan yang dilakukan seperti pada poin 1, maka dapat diprediksi lokasi dimana awan akan jatuh. Dan hal ini dapat memantu mengurangi intensitas hujan yang dapat berpotensi banjir di daerah-daerah tertentu seperti Jakarta.
Untuk lebih jelasnya, dapat disimak di skema proses rekayasa cuaca buatan tribunnews ini:
Namun, dibalik keuntungannya menanggulangi banjir, Proses Rekayasa Cuaca tentu juga memiliki dampak negatif, diantaranya sebagai berikut:
- Cuaca di Daerah Target akan menjadi panas, karena hanya sedikit awan yang menghalangi sinar matahari.
- Biaya yang tidak sedikit. Karena idealnya Rekayasa Cuaca harus dilakukan setiap hari selama periode hujan lebat.
- Konsumsi Garam Dapur yang terlalu besar.
- Memutus siklus air.
- Naiknya muka air laut. Karena siklus air tidak berjalan.
Cara lain yang dapat kita lakukan untuk mengurangi banjir adalah
- TIDAK BUANG SAMPAH SEMBARANGAN
- Membuat sumur resapan
- Menanam pohon dan membangun taman hijau
- Tidak merusak hutan
- Tidak membangun rumah dibantaran kali/waduk resapan
- Tidak mengganggu ekosistem air
0 komentar:
Posting Komentar